(Kepercayaan Batak Karo) Pemena, Minoritas Mencari Pemimpin
Aku masih ingat wajahnya yang tampak sumringah ketika menatapku. Seorang laki-laki paruh baya bertubuh kurus itu berjarak dua meter di depanku. Tubuhnya lebih pendek dariku. Kemeja coklatnya tampak melambai-lambai ditiup angin yang cukup kencang siang itu. Menandakan ada ruang kosong di bagian perutnya. Ia benar-benar kurus.
Aku memang sadar laki-laki ini sudah berjalan ke arahku sedari tadi. Kami sudah berjanji untuk bertemu di persimpangan jalan Pasar III Tanjungsari, Medan. Tak banyak laki-laki paruh baya yang hilir mudik di persimpangan itu. Apalagi dalam cuaca seterik ini.
“Iya pak. Saya temannya pak Khairul,” kataku menyebutkan nama pengurus Badan Warisan Sumatera (BWS) yang memang menyarankanku untuk menemui bapak ini.
Kami pun ngobrol sekadarnya. Senyumnya tak juga hilang dari bibirnya yang berwarna kehitaman. Mungkin akibat terlalu banyak merokok, pikirku. Ia langsung mengajakku ke sebuah warung kopi yang tak jauh dari persimpangan itu. Untunglah. Cuaca yang cukup panas siang ini memang sudah membuat kulit kepalaku keringatan karena menunggu sedari tadi.
Ia menghempaskan pantatnya yang dibalut celana hitam di kursi kayu panjang itu. Tangannya lantas menyambar sebuah koran yang ada di meja.
“Kopi biasa ya!” teriaknya kepada ibu pemilik warung. Tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya pada korannya. Ia bahkan tak ingat menawariku minuman karena asyiknya membaca. Entah berita apa yang dibacanya.
http://www.yasni.info/ext.php?url=http%3A%2F%2Fmedan.tribunnews.com%2F2014%2F07%2F02%2Fkepercayaan-batak-karo-pemena-minoritas-mencari-pemimpin&name=Batak+Karo&showads=1&lc=en-us&lg=en&rg=us&rip=id
إرسال تعليق